DAMPAK POSITIF DAN NEGATIF DARI PEMANFAATAN MEDIA PEMBELAJARAN

  TUGAS MATA KULIAH STRATEGI DAN MEDIA PEMBELAJARAN SEKOLAH DASAR NAMA               : AMI MI'RAJ ZAKIYAH NIM                       : 22843078 KELAS               : E Judul Artikel     : Dampak Penggunaan Platform Berbasis Digital sebagai Media Pembelajaran Penulis                 : Alpha Ariani, Faridah Karyati, Mawaddah, Okta Suphia URL                   :  https://www.researchgate.net/publication/364681282_Dampak_Penggunaan_Platform_Berbasis_Digital_Sebagai_Media_Pembelajaran Hasil                    : 1. Dampak positif dari media pembelajaran                                 2....

Tujuan Pembelajaran, Peran Media Pembelajaran, Dampak dari Pemanfaatan Media Pendidikan dan Solusi untuk Mengatasi Dampak dari Pemanfaatan Media Pembelajaran



A.     TUJUAN PEMBELAJARAN

1.     Pengertian Tujuan Pembelajaran

Tujuan pembelajaran merupakan hal penting dalam proses belajar mengajar. Tujuan pembelajaran merupakan arah yang ingin dituju dari rangkaian aktivitas yang dilakukan dalam proses pembelajaran. Hal ini biasanya dirumuskan dalam bentuk perilaku kompetensi spesifik, aktual, dan terukur sesuai yang diharapkan terjadi, dimiliki, atau dikuasai siswa setelah mengikuti kegiatan pembelajaran tertentu. 

Penyusunan tujuan pembelajaran sangat penting dalam rangkaian pengembangan desain pembelajaran. Nantinya hal ini akan menjadi landasan dalam menentukan jenis materi pembelajaran, strategi pembelajaran, metode pembelajaran, dan media pembelajaran yang akan digunakan dalam  proses pembelajaran.

Salah satu sumbangan terbesar dari aliran psikologi behaviorisme terhadap pembelajaran berpendapat bahwa pembelajaran hendaknya memiliki tujuan. Gagasan perlunya tujuan dalam pembelajaran pertama kali dikemukakan oleh B.F. Skinner pada tahun 1950. Yang selanjutnya diikuti oleh Robert Mager pada tahun 1962 yang dituangkan dalam bukunya yang berjudul Preparing Instruction Objective. Sejak pada tahun 1970 hingga sekarang penerapannya semakin meluas  hampir  di seluruh lembaga pendidikan di dunia, termasuk di Indonesia. 

Merujuk pada tulisan Mochamad saeffulloh, terdapat beberapa pengertian yang dikemukakan oleh para ahli. Robert F. Mager (1962) mengemukakan bahwa tujuan pembelajaran adalah perilaku yang hendak dicapai atau yang dapat dikerjakan oleh siswa pada kondisi dan tingkat kompetensi tertentu.  Kemp (1977) dan David E. Kapel (1981) menyebutkan bahwa tujuan pembelajaran suatu pernyataan yang spesifik yang dinyatakan dalam perilaku atau penampilan yang diwujudkan dalam bentuk tulisan untuk menggambarkan hasil belajar yang diharapkan. Henry Ellington (1984) bahwa tujuan pembelajaran adalah pernyataan yang diharapkan dapat dicapai sebagai hasil belajar. Sementara itu, Oemar Hamalik (2005) menyebutkan bahwa tujuan pembelajaran adalah suatu deskripsi mengenai tingkah laku yang diharapkan tercapai oleh siswa setelah berlangsung pembelajaran. 

Meski para ahli memberikan rumusan tujuan pembelajaran yang beragam, tetapi semuanya merujuk pada makna yang sama, bahwa : 

a.  Tujuan pembelajaran adalah tercapainya perubahan perilaku atau kompetensi pada siswa setelah mengikuti kegiatan pembelajaran; 

b.    Tujuan dirumuskan dalam bentuk pernyataan atau deskripsi yang spesifik. Menurut Kemp dan David E. Kapel bahwa perumusan tujuan pembelajaran harus diwujudkan dalam bentuk tertulis.  Hal ini mengandung implikasi bahwa setiap perencanaan pembelajaran seyogyanya dibuat secara tertulis. 

2.     Manfaat Tujuan Pembelajaran 

Dalam Permendiknas RI No. 52 Tahun 2008 tentang Standar Proses disebutkan bahwa tujuan pembelajaran memberikan petunjuk untuk memilih isi mata pelajaran, menata urutan topik-topik, mengalokasikan waktu, petunjuk dalam memilih alat-alat bantu pengajaran dan prosedur pengajaran, serta menyediakan ukuran (standar) untuk mengukur prestasi belajar siswa. 

Merumuskan tujuan pembelajaran dapat memberikan manfaat tertentu, baik bagi guru maupun siswa. Nana Syaodih Sukmadinata (2002) mengidentifikasi 4 (empat) manfaat dari tujuan pembelajaran, yaitu: 

a.  Memudahkan dalam mengkomunikasikan maksud kegiatan belajar mengajar kepada siswa, sehingga siswa dapat melakukan perbuatan belajarnya secara  lebih mandiri; 

b.     Memudahkan guru memilih dan menyusun bahan ajar; 

c.     Membantu memudahkan guru menentukan kegiatan belajar dan media pembelajaran; 

d.     Memudahkan guru mengadakan penilaian. 

3.     Rumusan Tujuan Pembelajaran 

Seiring dengan perkembangan teori dan cara pandang dalam pembelajaran, saat ini telah terjadi perkembangan dalam perumusan tujuan pembelajaran. W. James Popham dan Eva L. Baker (2005) mengemukakan pada masa lampau guru diharuskan menuliskan tujuan pembelajarannya dalam bentuk bahan yang akan dibahas dalam pelajaran, dengan menguraikan topik-topik atau konsep-konsep yang akan dibahas selama berlangsungnya kegiatan pembelajaran. Tujuan pembelajaran pada masa lalu ini tampak lebih mengutamakan pada pentingnya penguasaan bahan bagi siswa dan pada umumnya yang dikembangkan melalui pendekatan pembelajaran yang berpusat pada guru (teacher-centered). Namun seiring dengan perkembangan teori dan cara pandang dalam pembelajaran, tujuan pembelajaran yang semula lebih memusatkan pada penguasaan bahan, selanjutnya bergeser menjadi penguasaan kemampuan siswa atau biasa dikenal dengan sebutan penguasaan kompetensi atau performansi. 

Dalam praktik pendidikan di Indonesia, pergeseran tujuan pembelajaran ini terasa  lebih mengemuka sejalan dengan munculnya gagasan penerapan Kurikulum  Berbasis Kompetensi. Selanjutnya, W. James Popham dan Eva L. Baker (2005) menegaskan bahwa seorang guru profesional harus merumuskan tujuan pembelajarannya dalam bentuk perilaku siswa yang dapat diukur yaitu menunjukkan apa yang dapat dilakukan oleh siswa tersebut sesudah mengikuti pelajaran. 

W. James Popham dan Eva L. Baker (2005) menyarankan dua kriteria yang harus dipenuhi dalam memilih tujuan pembelajaran, yaitu: 

a.    Preferensi nilai guru yaitu cara pandang dan keyakinan guru mengenai apa yang penting dan seharusnya diajarkan kepada siswa serta bagaimana cara membelajarkannya; dan

b. Analisis taksonomi perilaku sebagaimana dikemukakan oleh Bloom di atas. Dengan menganalisis taksonomi perilaku ini, guru akan dapat menentukan dan menitikberatkan bentuk dan jenis pembelajaran yang akan dikembangkan, apakah seorang guru hendak menitikberatkan pada pembelajaran kognitif, afektif ataukah psikomotor. 

Rumusan tujuan merupakan pernyataan tentang hasil belajar yang diharapkan dicapai oleh setiap siswa. Lebih tepatnya, kemampuan baru apa yang seharusnya dikuasai siswa pada akhir pelajaran. Rumusan tujuan bukan merupakan pernyataan tentang apa yang direncanakan guru untuk dilaksanakan dalam pembelajaran tetapi tentang apa yang seharusnya siswa peroleh dari suatu pelajaran.   

4.     Format ABCD Tujuan Pembelajaran

Tujuan pembelajaran yang dinyatakan dengan baik mulai dengan menyebut Audience peserta didik untuk siapa tujuan itu dimaksudkan. Tujuan itu kemudian mencantumkan Behavior atau kemampuan yang harus didemonstrasikan dan Conditions seperti apa perilaku atau kemampuan yang akan diamati. Akhirnya, tujuan itu mencantumkan Degree keterampilan baru itu harus dicapai dan diukur, yaitu dengan standar seperti apa kemampuan itu dapat dinilai. 

a.     Audience 

1)   Premis utama pengajaran sistematik adalah fokus pada apa yang dilakukan siswa, bukan apa yang dilakukan guru. 

2)   Pembelajaran paling mungkin terjadi bila siswa aktif, baik secara mental memproses ide-ide atau secara fisik berlatih keterampilan. 

3)  Karena tercapainya tujuan bergantung kepada apa yang dilakukan siswa, maka tujuan pembelajaran mulai dengan menyatakan kemampuan siapa yang akan berubah.

b.   Behavior 

1)    Inti tujuan pembelajaran adalah kata kerja yang mendeskripsikan kemampuan baru yang akan dimiliki audience setelah pengajaran. 

2)    Kata kerja dapat paling jelas mengarahkan perhatian guru jika kata kerja itu dinyatakan sebagai perilaku yang dapat diamati. 

3) Kata kerja yang kabur seperti mengetahui, memahami dan mengapresiasi tidak mengomunikasikan tujuan guru dengan jelas. 

4)    Kata-kata yang lebih baik menyatakan kinerja yang dapat diamati meliputi mendefinisikan, mengkategorikan, dan mendemonstrasikan. 

5)  Behavior atau kinerja yang dinyatakan dalam tujuan seharusnya mencerminkan kemampuan dunia-nyata yang dibutuhkan oleh siswa, bukan kemampuan artifisial atau tidak nyata/buatan semata-mata untuk berhasil dalam tes. 

c.     Condition 

1)    Pernyataan tujuan seharusnya memasukkan kondisi-kondisi saat siswa melakukan kinerja yang dievaluasi.

2)    Jika tujuan dari pelajaran tertentu adalah agar siswa dapat mengidentifikasi sesuatu, maka sebuah tujuan dapat dinyatakan, “Diberikan sejumlah transparansi berwarna, siswa dapat mengidentifikasi burung-burung itu.” Atau contoh lain, “Tanpa membuka buku, siswa dapat menyebutkan Hukum Ohm.” 

d.     Degree 

1)    Persyaratan terakhir tujuan pembelajaran yang dirumuskan dengan baik adalah rumusan itu menunjukkan standar, atau kriteria, yaitu kriteria yang digunakan untuk menilai kinerja siswa. Misalnya tingkat kecermatan atau ketuntasan seperti apa saja yang harus diperagakan siswa.

2)  Apakah kriteria itu dinyatakan dalam istilah kualitatif atau kuantitatif, kriteria itu seharusnya didasarkan pada persyaratan dunia nyata. Misalnya, “Siswa dapat merencanakan eksperimen untuk menguji sebuah hipotesis sesuai rincian tugas kinerja yang ditentukan.”

 

B. PERAN MEDIA PEMBELAJARAN DALAM MENCAPAI TUJUAN PEMBELAJARAN

Merujuk pada penulisan Nurhibah, media pembelajaran secara umum adalah alat bantu proses belajar mengajar. Segala sesuatu yang dapat dipergunakan untuk merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan kemampuan atau ketrampilan pebelajar sehingga dapat mendorong terjadinya proses belajar.

Menurut Briggs (1977) media pembelajaran adalah sarana fisik untuk menyampaikan isi/materi pembelajaran seperti : buku, film, video dan sebagainya. Kemudian menurut National Education Association (1969) mengungkapkan bahwa media pembelajaran adalah sarana komunikasi dalam bentuk cetak maupun pandang-dengar, termasuk teknologi perangkat keras.

Proses pembelajaran merupakan proses komunikasi dan berlangsung dalam suatu sistem, maka media pembelajaran menempati posisi yang cukup penting sebagai salah satu komponen sistem pembelajaran. Tanpa media, komunikasi tidak akan terjadi dan proses pembelajaran sebagai proses komunikasi juga tidak akan bisa berlangsung secara optimal. Media pembelajaran adalah komponen integral dari sistem pembelajaran. Media pembelajaran merupakan komponen intruksional yang meliputi pesan, orang, dan peralatan. Seorang guru harus dapat memilih salah satu media pembelajaran yang akan digunakan dalam proses pembelajaran. Penggunaan atau pemilihan media harus disesuaikan dengan materi dan tujuan pembelajaran yang akan dicapai.

Dengan demikian dapat penulis simpulkan bahwa media merupakan segala sesuatu berupa alat atau bahan yang digunakan guru dalam proses belajar mengajar untuk menyampaikan pesan edukatif, membantu mempermudah proses belajar mengajar, dan dapat menarik perhatian siswa serta dapat menciptakan interaksi edukasi yang tepat dan berdaya guna.

Terdapat beberapa peran media pembelajaran dalam mencapai tujuan pembelajaran, yaitu sebagai berikut :

1.   Menyediakan informasi. Media pembelajaran seperti buku teks, video, audio, dan presentasi multimedia mampu menyediakan informasi yang lengkap dan terstruktur kepada peserta didik. Melalui media pembelajaran, peserta didik dapat memperoleh pengetahuan dan pemahaman tentang materi pelajaran dengan lebih mudah.

2.   Meningkatkan motivasi dan minat belajar. Media pembelajaran yang menarik dan interaktif dapat meningkatkan motivasi dan minat belajar peserta didik. Peserta didik akan cenderung lebih antusias dan enggan untuk belajar jika menggunakan media yang menarik, seperti animasi, permainan edukatif, atau presentasi visual yang menarik.

3.    Memudahkan pemahaman konsep. Media pembelajaran dapat membantu peserta didik dalam memahami konsep-konsep yang kompleks dengan lebih baik. Misalnya, dengan menggunakan diagram, grafik, atau simulasi, peserta didik dapat memvisualisasikan dan menguasai konsep-konsep yang sulit.

4.     Meningkatkan keterlibatan dan partisipasi aktif. Media pembelajaran dapat mendorong peserta didik untuk menjadi lebih aktif dan terlibat dalam proses pembelajaran. Peserta didik dapat berpartisipasi dalam eksperimen, diskusi kelompok, atau permainan interaktif yang melibatkan penggunaan media pembelajaran.

5.     Mengembangkan keterampilan berpikir kritis. Melalui media pembelajaran, peserta didik dapat dikembangkan kemampuan berpikir kritis mereka. Misalnya, melalui kegiatan menganalisis, mengevaluasi, dan memecahkan masalah menggunakan keterampilan berpikir kritis.

6.  Meningkatkan retensi informasi. Media pembelajaran yang menarik dan interaktif dapat meningkatkan retensi informasi pada peserta didik. Sebuah studi menunjukkan bahwa penggunaan media visual, audio, dan multimedia dapat membantu peserta didik untuk mengingat dan memahami informasi dengan lebih baik daripada metode pembelajaran konvensional.

7.     Evaluasi dan umpan balik. Media pembelajaran dapat digunakan untuk mengukur pemahaman peserta didik dan memberikan umpan balik melalui aktivitas tanya jawab atau aktivitas evaluasi lainnya.

Pemilihan media pembelajaran yang sesuai dan efektif sangat penting dalam mencapai tujuan pembelajaran. Media yang tepat harus sesuai dengan memperhatikan tujuan pembelajaran, karakter peserta didik, dan materi yang diajarkan.


C. DAMPAK POSITIF DAN NEGATIF DARI PEMANFAATAN MEDIA PENDIDIKAN

Pemanfaatan media pembelajaran dalam pendidikan tentunya memiliki dampak positif dan negatif yang perlu diperhatikan. Terdapat beberapa dampak positif dan negative dari pemanfaatan media Pendidikan, yaitu sebagai berikut :

1.     Dampak Positif

a.     Meningkatkan partisipasi peserta didik. Penggunaan media pendidikan seperti video, audio, gambar animasi, dan bahan-bahan interaktif lainnya mampu menarik minat siswa dalam proses pembelajaran. Hal ini dapat meningkatkan motivasi belajar dan keterlibatan aktif siswa dalam mencerna materi pembelajaran dengan diterapkannya teori belajar dan prinsip-prinsip psikologis yang diterima dalam hal partisipasi siswa, umpan balik dan penguatan.

b.    Penyampaian pelajaran tidak kaku. Kegiatan pembelajaran tidak monoton dan membosankan dengan lama waktu pembelajaran yang diperlukan dapat dipersingkat, karena kebanyakan media hanya memerlukan waktu singkat untuk mengantarkan pesan-pesan dan isi pelajaran dalam jumlah yang cukup banyak dan memungkinkan dapat diserap oleh siswa lebih besar.

c.   Kualitas hasil belajar dapat ditingkatkan bila perpaduan kata dan gambar sebagai media pembelajaran dapat mengkomunikasikan elemen-elemen pengetahuan dengan cara yang terorganisasi dengan baik, spesifik dan jelas.

d.     Pembelajaran bersifat fleksibel dapat diberikan kapan dan dimana saja jika diinginkan atau diperlukan, terutama jika media pembelajaran dirancang untuk penggunaan secara individu.

2.     Dampak Negatif

a.   Kurangnya interaksi sosial langsung: Pemanfaatan media pendidikan dapat mengurangi interaksi sosial langsung antara siswa dan guru. Ini dapat menghambat perkembangan keterampilan sosial dan kemampuan komunikasi interpersonal yang penting dalam kehidupan sehari-hari. Terlebih jika media pendidikan yang digunakan berbasis digital, hal tersebut memungkinkan mereka akan lebih fokus pada interaksi dengan teknologi daripada interaksi sosial dan lingkungan fisik di sekitar mereka.

b.    Ketergantungan pada teknologi: Jika pemanfaatan media pendidikan tidak diseimbangkan dengan penggunaan metode pembelajaran tradisional, siswa dapat menjadi terlalu bergantung pada teknologi. Mereka mungkin kehilangan keterampilan kritis dan kreativitas yang diperlukan untuk belajar tanpa mengandalkan teknologi.

Selanjutnya dampak negative media pembelajaran jika dilihat berdasarkan jenis media pembelajaran itu sendiri, yaitu sebagai berikut :

a.     Media Visual

Tidak adanya audio terkadang membuat pembelajaran yang disampaikan dengan media ini kurang mendetail.

b.   Media Audio

1)   Media ini hanya akan mampu melayani secara baik bagi mereka yang sudah mempunyai kemampuan dalam berfikir abstrak, tingkatan pengertiannya hanya bisa dikontrol melalui tingkatan penguasaan pembendaharaan kata-kata atau bahasa, serta susunan kalimat sedangkan kemampuan peserta didik berbeda-beda sehingga terdapat peserta didik yang mengalami kesulitan saat mengolah dan mengingat informasi berupa audio.

2)   Penampilan melalui ungkapan perasaan atau symbol analog lainnya dalam bentuk suara harus disertai dengan perbendaharaan pengalaman analog tersebut pada si penerima. Bila tidak bisa maka akan terjadi kesalahpahaman.

c.   Media Audio-Visual

Tayangan video yang terlalu cepat dan gambar yang kurang tajam membuat mata cepat lelah. Penggunaan media audio-visual yang tidak disertai pengaturan waktu tentunya akan berakibat kegiatan belajar mengajar tidak optimal karena banyak waktu yang terbuang.

 

D.  SOLUSI UNTUK MENCEGAH DAMPAK NEGATIF DARI PEMANFAATAN MEDIA PENDIDIKAN

Untuk mengatasi berbagai dampak negatif dari pemanfaatan media pembelajaran, ada beberapa solusi yang dapat diimplementasikan, yaitu sebagai berikut :

Penyediaan akses yang merata. Pemerintah harus berusaha untuk menyediakan akses ke teknologi dan media pembelajaran yang merata. Hal-hal seperti program bantuan akses internet atau perangkat yang terjangkau dapat membantu mengatasi kesenjangan aksesibilitas.

  1. Pengawasan dan dukungan. Penting untuk melakukan pengawasan dan dukungan yang baik kepada peserta didik. Orangtua, guru, atau pendidik perlu memantau dan memberikan bimbingan terhadap aktivitas pembelajaran terutama yang berbasis media pembelajaran online
  2. Pengembangan konten berkualitas dan literasi media. Hal ini dapat mencakup pengelolaan konten, pelatihan kompetensi guru, atau kolaborasi dengan pihak lain yang ahli dalam pembuatan konten pendidikan. Penting bagi guru dan siswa untuk memahami cara menggunakan media dengan bijak. Dengan berkolaborasi, sekolah dapat memperoleh sumber daya dan dukungan yang lebih baik dalam menghadapi dampak negatif media pembelajaran. Melalui pelatihan dan pendidikan tentang literasi media, siswa dapat belajar mengenali berita palsu, memahami sumber informasi, dan memilah-milah informasi yang relevan dengan topik pembelajaran.
  3. Keseimbangan antara pembelajaran online dan offline. Harus dipastikan bahwa pembelajaran tidak hanya terbatas pada dunia online, tetapi juga harus mencakup interaksi sosial dan pembelajaran offline yang relevan dengan tujuan pembelajaran.
  4. Pendidikan digital. Pendidikan digital ini dapat menjadi bagian dari kurikulum yang dapat mengajarkan keterampilan digital yang diperlukan dan pemahaman etika online. Kegiatan ini dapat membantu peserta didik dalam menghadapi masalah seperti keamanan data dan perilaku online yang tepat.
  5. Penilaian yang beragam dan teratur. Pendidik dapat menggunakan berbagai alat penilaian yang sesuai untuk media pembelajaran, seperti ujian online, penilaian berbasis proyek, atau portofolio, yang dapat memberikan gambaran lebih lengkap tentang pemahaman peserta didik terhadap materi yang disampaikan. Selain itu, pendidik juga perlu melakukan evaluasi terhadap media pembelajaran yang digunakan. Evaluasi ini dapat meliputi penilaian terhadap kualitas konten, tingkat interaktif, dan relevansi dengan materi pembelajaran.     
Daftar Referensi :
Miftah, M. 2013. Fungsi dan Peran Media Pembelajaran sebagai Upaya Peningkatan Kemampuan Belajar Siswa. Jakarta : BPMP Kemdikbud.
https://www.komunitasbelajar.id/2015/12/peranan-media-dalam-pembelajaran.html?m=1
http://biosaefful.blogspot.com/2013/05/definisi-manfaat-dan-tujuan-pembelajaran.html?m=1
https://www.liputan6.com/hot/read/4376551/tujuan-pembelajaran-manfaat-dan-klasifikasinya-yang-perlu-diketahui?page=3
https://id.scribd.com/document/325768259/Dampak-Penggunaan-Media-Pembelajaran

Komentar